Bacaan: Markus 7:1-8, 14-15, 21-23
Tidak ada sesuatu pun dari luar seseorang, yang masuk ke dalam dirinya, dapat menajiskannya, melainkan hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah yang menajiskannya.
(Mrk. 7:15)
Kapan terakhir kali Anda mendengar orang mengatakan “hati-hati” kepada Anda? Bersyukurlah, karena berarti orang itu peduli dan mengatakannya demi kebaikan Anda. Menarik untuk menelisik kata “hati-hati” ini. Rupanya bahasa Indonesia mencermati betul pentingnya hati dalam diri manusia. Selain pemikiran, semua perbuatan kita memang dipengaruhi oleh hati. Hati yang bijak menghasilkan tindakan yang bajik. Hati yang diliputi kebencian menghasilkan tindakan permusuhan, kekerasan dan kesewenang-wenangan.
Tuhan Yesus mengenali orang-orang yang sikapnya terlihat bersih di luar, tetapi hatinya kotor. Kepada orang-orang semacam itu, Yesus menasihatkan mereka untuk membersihkan hati, sebab dari dalam hati dapat muncul banyak perkara besar berupa kebaikan maupun kejahatan. Dengan hati yang bersih, tindakan-tindakan kejahatan dapat dicegah. Hati yang kotor hanya akan menghasilkan permusuhan dan beragam dosa.
Lalu bagaimana caranya membersihkan hati? Isilah hati dengan kasih Allah. Pikirkan apa yang menghasilkan kebaikan bagi sesama. Kendalikanlah hawa nafsu. Bersyukurlah dengan apa yang dimiliki. Redakan kemarahan dengan pengampunan. Ambillah pelajaran berharga dari setiap keadaan. Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan. Cermati nasihat-nasihat yang diterima. Waspadalah atas penyesatan. Ingatlah Amsal 4:23, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan.”
REFLEKSI:
Apakah cinta kasih Allah sudah menguasai dan memengaruhi hatiku selama ini?