Bacaan: Kisah Para Rasul 7:17-29
Ia menyangka saudara-saudaranya akan mengerti bahwa
Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
(Kisah Para Rasul 7:25)
Ani meletakkan panci mainannya di lantai, ia terkejut dengan bunyi pecah piring yang ada di dapur. Segera ia melihat apa yang terjadi di sana. Sang ibu ternyata tak sengaja menyenggol piring saat sedang memasak. Ani segera berlari dan mengambil pecahan kaca itu dengan tangannya. Sontak, sang ibu membentak Ani karena khawatir tangan anaknya itu terluka. Namun apa yang terjadi? Ani menangis dan merasa niat baiknya tidak diterima oleh ibunya. Sang ibu kemudian dengan lembut segera memeluk Ani dan menjelaskan bahwa ia bermaksud baik, tetapi menggunakan cara yang salah.
Musa merasa gelisah melihat bangsanya tertindas oleh bangsa Mesir. Suatu ketika ia melihat dua orang bangsa Israel bertengkar. Musa berusaha melerai, tetapi ditolak oleh kedua orang itu. Salah satu dari mereka mengungkit kasus pembunuhan terhadap orang Mesir yang pernah Musa lakukan. Pembunuhan itu dilakukan oleh Musa untuk membela bangsanya, tetapi dengan cara yang salah. Musa menjadi takut dan lari ke tanah Midian. Namun kisah Musa tidak berhenti di situ, karena Allah memanggil Musa kembali dan menuntunnya menjadi penolong Israel. Kali ini, Allah menolong Musa melakukan untuk niat baik bagi bangsanya dengan cara yang benar.
Mungkin niat baik kita pernah ditolak oleh orang lain. Hal itu terasa menyakitkan dan bisa jadi membuat kita enggan berbuat baik lagi. Namun tunggu dulu, barangkali yang ditolak bukanlah niat baik kita, melainkan cara kita yang kurang tepat. Jangan menyerah untuk terus berbuat baik. Mintalah hikmat dari Tuhan agar kita dituntun untuk menolong sesama dengan cara yang benar.
REFLEKSI:
Niat baik dari dasar hati yang benar akan melahirkan cara yang baik.
Biarlah penolakan tidak meredupkan cahaya kebaikan kita.