SIAP MELALUI BERBAGAI MUSIM KEHIDUPAN
Dipublikasikan pada 08 Maret 2025
2 min baca

Bacaan: Pengkhotbah 3:1-8

Ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam dan ada waktu untuk mencabut yang ditanam. (Pengkhotbah 3:2)

The Serenity Prayer adalah doa klasik yang ditulis oleh Reinhold Niebuhr. Dalam Bahasa Indonesia, doa tersebut berbunyi: “Tuhan, berilah aku ketenangan untuk menerima hal yang tidak bisa aku ubah. Berilah pula keberanian untuk mengubah hal yang bisa diubah. Serta berilah aku hikmat dan kebijaksanaan untuk membedakan kedua hal tersebut.”

Pengkhotbah 3:1-8 menyatakan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Seperti dalam the Serenity Prayer, banyak hal yang terjadi dalam masa hidup manusia yang tidak bisa diubah seperti kelahiran atau kematian. Tapi ada pula hal yang bisa diubah atau lebih tepatnya dihindari serta diupayakan agar tidak terjadi. Misalnya dalam hal membunuh, mencabut tanaman, serta merombak bangunan. Persoalannya, bagaimana kita tahu apakah kita harus ikhlas menerima apa yang telah terjadi atau sebaliknya justru berani berupaya untuk mengubah apa yang telah terjadi? The Serenity Prayer menyatakan perlunya hikmat untuk membedakan kedua hal tersebut.

Dalam perjalanan hidup kita ada banyak peristiwa yang menyenangkan. Ada pula peristiwa yang tidak kita inginkan namun terjadi tanpa bisa kita hindarkan. Di saat-saat seperti inilah kita perlu berdoa seperti the Serenity Prayer agar kita diberikan ketenangan untuk menerima yang tidak mungkin kita ubah dan keberanian untuk mengubah hal yang bisa diubah, dengan selalu meminta hikmat untuk membedakan kedua hal tersebut.

REFLEKSI:

Tenang, berani, dan berhikmat adalah kunci agar kita siap melalui berbagai musim kehidupan.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
7 Orang Membaca