Jika kita bicara tentang karya dan kuasa Allah, tentu kita menyadari dan mengimani bahwa karya dan kuasa Allah itu tak terbatas. Kita mengakui bahwa apa yang Allah kehendaki terjadi dalam kehidupan umat manusia pasti akan terjadi. Namun kesadaran dan iman kita itu seringkali tidak sejalan dengan sikap hidup keseharian kita. Ketika kita diperhadapkan bahwa Allah memilih mereka yang ada di luar kelompok kita untuk terlibat di dalam karya-Nya, kita seringkali tidak segan-segan menolak mereka.
Sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus, seringkali kita memonopoli karya kasih Allah bagi dunia. Seringkali kita menolak karya yang Allah hadirkan begi dunia, jika itu tidak berasal dari kelompok kita. Bukankah hal itu bertentangan dengan apa yang kita hayati dan imani, bahwa kuasa dan karya Allah tak terbatas. Lantas mengapa kita gelisah dan menolak? Ke-aku-an dan ke-egois-an menjadi penghalang bagi kita memahami karya Allah.
Itu sebabnya Tuhan Yesus melarang para murid untuk mencegah mereka yang berkarya di dalam YESUS meski mereka bukan murid-murid Yesus. Tuhan Yesus ingin semua orang berbalik dan menjadi percaya kepada-Nya dan menyelamatkan mereka. Demikianlah juga dengan kita, jika kita melihat, siapa pun, berkarya dalam nama Tuhan Yesus, kita diajak mendukung mereka di dalam doa dan perbuatan. Ingat, karya Allah itu tak terbatas, Allah berkarya dengan cara-Nya, dan Allah melibatkan siapa saja (semua orang) untuk terlibat di dalam karya-Nya.
Namun, kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia! Sebab, tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Siapa yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.
(Markus 9:39-40)
BC.